Jombang,karyadini.com – Tebu di Kabupaten Jombang memasuki panen raya. Sejak pertengahan Mei hingga Agustus, ribuan hektare lahan telah dipanen. Dari total luasan 8.090 hektare, produksi tebu mencapai 590.434 ton dengan produktivitas rata-rata 73 ton per hektare.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Moch Rony, menyampaikan capaian ini merupakan hasil kerja keras petani tebu di tengah berbagai tantangan yang dihadapi.
”Alhamdulillah, panen tebu tahun ini cukup baik. Meski kondisi iklim sempat tidak menentu, petani masih bisa menghasilkan produksi yang stabil bahkan berkualitas. Rata-rata rendemen atau kadar gula tebu juga semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya Rabu (3/9/2025)
Menurut Rony, tebu yang dipanen petani Jombang mayoritas dikirim dan digiling di sejumlah pabrik gula besar, di antaranya PG Tjoekir, PG Djombang Baru, PG Gempolkrep, hingga PG KTM. Selain itu, sebagian petani juga menjual hasil tebunya langsung ke pengepul.
”Dengan adanya berbagai pilihan saluran pemasaran, petani bisa lebih fleksibel dalam menjual hasil panennya,” imbuhnya.
Data Dinas Pertanian menunjukkan, sektor tebu Jombang mengalami tren peningkatan dalam dua tahun terakhir
Pada tahun 2023, luas areal tebu tercatat 10.102 hektare dengan produksi sebesar 776.036 ton. Satu tahun kemudian, luas meningkat menjadi 10.787 hektare dengan produksi 787.246 ton.
Produktivitas memang sempat turun dari 77 ton per hektare pada tahun 2023 menjadi 73 ton per hektare di tahun 2024. Namun, kualitas gula yang dihasilkan justru meningkat. Hal itu terlihat dari naiknya rendemen rata-rata dari 6,5 persen pada 2023 menjadi 7,11 persen di tahun 2024.
Dampaknya, produksi gula kristal putih dari pabrik gula di Jombang ikut melonjak, dari 50.652 ton pada tahun 2023 menjadi 56.009 ton di tahun berikutnya.
”Naiknya rendemen ini tanda baik. Artinya, kualitas tebu petani kita semakin baik sehingga gula yang dihasilkan juga lebih banyak meski produktivitas per hektare sedikit menurun,” jelasnya.
Peningkatan kualitas ini tidak lepas dari dorongan pemerintah daerah yang terus memberikan pendampingan, mulai dari pengaturan pola tanam, pemupukan berimbang, hingga pengendalian hama terpadu.
Selain itu, kerja sama dengan pabrik gula dalam penyediaan bibit unggul juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan rendemen di musim tanam berikutnya.
”Ke depan, kita akan terus mengawal petani agar mereka bisa memanfaatkan teknologi budi daya yang lebih modern. Dengan begitu, hasil panen bukan hanya stabil, tetapi juga makin efisien dari sisi biaya produksi,” punhkasnya.(nes)